|
Anas hidayat,SPd.i,MA |
Dasar Islam
Orang yang tidak mendapat hidayah akan senantiasa berada dalam
kegelapan dan kerugian. Bagaimana jika seandainya seseorang tidak diberi
hidayah oleh Allah Azza wa Jalla? Maka pasti ia menderita dalam
kekafirannya, hidupnya sengsara dan tidak tenteram, serta di akhirat
akan disiksa dengan siksaan yang abadi. Allah Azza wa Jalla menunjuki
hamba-Nya dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang melalui
Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam. Untuk itu, kewajiban kita
adalah mengikuti, meneladani dan mentaati Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam dalam segala perilaku kehidupan kita, jika kita menginginkan
hidup di bawah cahaya Islam. Allah Azza wa Jalla menyatakan bahwa Dia
Azza wa Jalla telah memberikan karunia yang besar dengan diutusnya Nabi
dan Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah Azza wa
Jalla berfirman: “Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada
orang-orang yang beriman ketika (Allah) mengutus seorang Rasul
(Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, mensucikan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur-an) dan Hikmah (As-Sunnah),
meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Setiap muslim niscaya meyakini bahwasanya karunia Allah Azza wa Jalla
yang terbesar di dunia ini adalah agama Islam.
Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau berserah
diri. Adapun menurut syari’at (terminologi), apabila dimutlakkan berada
pada dua pengertian: Pertama: Apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi
dengan kata iman, maka pengertian Islam mencakup seluruh agama, baik
ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), juga seluruh masalah ‘aqidah,
ibadah, keyakinan, perkataan dan perbuatan. Jadi pengertian ini
menunjukkan bahwa Islam adalah mengakui dengan lisan, meyakini dengan
hati dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla atas semua yang telah
ditentukan dan ditakdirkan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala
tentang Nabi Ibrahim Alaihissallam : “(Ingatlah) ketika Rabb-nya
berfirman kepadanya (Ibrahim), ‘Berserahdirilah!’ Dia menjawab: ‘Aku
berserah diri kepada Rabb seluruh alam.’” Allah Azza wa Jalla juga
berfirman: “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah
berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka
memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar
terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat
perhitungan-Nya.” Menurut Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab
rahimahulllah, definisi Islam adalah:“Islam adalah berserah diri kepada
Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya dengan
ketaatan, dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan para pelakunya.”
Allah Azza wa Jalla menjamin kebahagiaan, kemuliaan, dan kemenangan
bagi orang yang berpegang teguh kepada Islam dan menerapkannya dalam
kehidupan, baik bagi perorangan maupun masyarakat. Allah Azza wa Jalla
berfirman: “Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman
di antaramu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, setelah mereka berada
dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) beribadah kepada-Ku
dengan tidak mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.” Dalam agama Islam terdapat penyelesaian bagi
segala problematika, karena syari’at dan dasar-dasar ajarannya mencakup
segala hukum bagi segala peristiwa yang tidak terbatas. Syari’at Islam
adalah syari’at yang paling bijak dalam mengatur semua bangsa, paling
tepat dalam memberikan solusi dari setiap masalah, memperhatikan
kemaslahatan dan sangat memperhatikan hak-hak manusia.
Tauhid Uluhiyyah artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui
segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka bisa mendekatkan
diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala apabila hal itu disyari’atkan
oleh-Nya, seperti berdo’a, khauf (takut), raja’ (harap), mahabbah
(cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar, isti’aanah (minta
pertolongan), istighatsah (minta pertolongan di saat sulit), isti’adzah
(meminta perlindungan) dan segala apa yang disyari’atkan dan
diperintahkan Allah Azza wa Jalla dengan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apa pun. Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya
kepada Allah semata dan ikhlas karena-Nya. Dan ibadah tersebut tidak
boleh dipalingkan kepada selain Allah. Sungguh Allah tidak akan ridha
bila dipersekutukan dengan sesuatu apa pun. Bila ibadah tersebut
dipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunya jatuh kepada Syirkun
Akbar (syirik yang besar) dan tidak diampuni dosanya (apabila dia mati
dalam keadaan tidak bertaubat kepada Allah atas perbuatan syiriknya).
Al-ilaah artinya al-ma’-luuh, yaitu sesuatu yang disembah dengan penuh
kecintaan serta pengagungan. Allah Azza wa Jalla berfirman: “Dan Rabb-mu
adalah Allah Yang Maha Esa, tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan
benar melainkan Dia. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Jika bentuk-bentuk ibadah yang Allah syari’atkan di-palingkan dari
Allah Azza wa Jalla atau secara bersamaan ditujukan kepada Allah Azza wa
Jalla dan juga kepada selain-Nya, maka inilah yang disebut dengan
kesyirikan. Di antara bentuk-bentuk kesyirikan yang masih diyakini oleh
sebagian kaum Muslimin antara lain: Meminta suatu maslahat atau
dijauhkan dari mudharat (bahaya) kepada kuburan Nabi, habib, wali, kyai
dan lainnya, bernadzar dan menyembelih hewan untuk mereka. Mempercayai
dan mendatangi dukun, paranormal, tukang sihir, orang pintar, tukang
ramal dan yang sepertinya dan meminta perlindungan kepada jin.
Mempercayai jimat, tongkat, tangkal, susuk kekuatan, pusaka, barang
sakti, ramalan bintang, dan lainnya. Mempercayai dan menggunakan
jampi-jampi, pelet, guna-guna dan lain-lain. Syirik merupakan
kemaksiatan yang paling besar, kezhaliman yang paling zhalim dan dosa
yang paling besar, yang tidak akan diampuni Allah Azza wa Jalla, jika
pelaku syirik mati di atas syirik dan tidak bertaubat. Orang yang
berbuat syirik adalah orang paling sesat, paling zhalim di muka bumi
ini. Allah Azza wa Jalla berfirman: “… Sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.”
Orang yang bertauhid kepada Allah akan dihapus dosa-dosanya.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu 'aliahi wa sallam dalam
sebuah hadits qudsi, dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata,
“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Allah
Yang Mahasuci dan Mahatinggi berfirman:‘...Wahai bani Adam, seandainya
engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau
ketika mati tidak menyekutukan Aku sedikit pun juga, pasti Aku akan
berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula.’” Orang yang bertauhid
kepada Allah Azza wa Jalla akan mendapatkan petunjuk yang sempurna, dan
kelak di akhirat akan mendapatkan rasa aman. Allah Azza wa Jalla
berfirman: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman
mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang
mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.” Di antara permohonan
kita yang paling banyak adalah memohon agar ditunjuki jalan yang
lurus:“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang
yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka.” Yaitu jalannya para Nabi,
shiddiqin, syuhada, dan orang-orang yang shalih.
0 komentar:
Posting Komentar